Senin, 10 November 2014

Kaidah Mufrad dan Jamak Dalam al-Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN

Al-Quran adalah mukjizat yang sangat agung, dulu, sekarang, dan selamanya. Kemukjizatannya tidak dapat tertandingi. Bahkan dengan tegas, al-Quran telah menantang para umat untuk membuat hal yang sama, tapi tetap saja tidak ada yang bisa menandinginya.
Antara kemukjizatannya yang sampai saat ini terus bertahan adalah dari sisi bahasanya yang begitu indah, memukau dan penuh makna. Susunannya yang teramat dahsyat, dan selalu memiliki sisi-sisi yang tidak bisa terlewatkan. Tidak ada bahasanya yang tanpa makna. Semua serba menarik. Tanpa terkecuali.
Pada bagian ini, penulis hanya akan membahas bagian kecilnya saja. yaitu tentang kaidah mufrad dan jamak.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Dalam struktur tata bahasa Arab (ilm al-nahw, gramatika), lafazh mufrad dalam bahasa Arab sama artinya dengan singular dalam bahasa Inggris, yang berarti tunggal (single).[1] Term ini dalam bahasa Arab biasa digunakan sebagai sebutan untuk ism (kata benda, nomina) yang menunjukkan arti satu atau tunggal, seperti sebuah buku, seekor ayam, seorang manusia dan lain sebagainya.
 Sedangkan lafazh jamak (lnggris: plural) merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut ism yang menunjukkan arti lebih dari dua.[2] Hal ini berbeda sekali dengan istilah jamak dalam bahasa Inggris. Sebab, dua orang atau dua benda dalam bahasa Inggris sudah dapat disebut dengan jamak (plural), sedangkan dalam bahasa Arab, sesuatu yang menunjukkan arti dua biasanya disebut dengan tasniyah.
B.  Pembagian Bentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Arab dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, pertama Jamak salîm (utuh) adalah bentuk jamak yang terjadi berdasarkan pola yang beraturan atau tetap; dan kedua, jamak taksîr (pecah) adalah bentuk jamak yang terjadinya tidak berdasarkan pola yang seragam atau tetap.[3]
1.        Jamak salîm dapat dibentuk dengan menambahkan huruf wawu dan nun ( و,ن ) pada kalimat nominal dan huruf ya’ dan nun ( ي,ن) pada kalimat akusatif  atau genitif Contohnya banyak sekali ditemukan dalam al-Quran, di antaranya:
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ   tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ   tûïÏ%©!$#ur öNèd Ç`tã Èqøó¯=9$# šcqàÊ̍÷èãB ÇÌÈ   tûïÏ%©!$#ur öNèd Ío4qx.¨=Ï9 tbqè=Ïè»sù ÇÍÈ   tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ  
 







1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
(QS. Al-Mu’minun ayat 1-5)
               Lafazh (al-mu’minûn, khâsyi’ûn, mu’ridhun, fâ’ilûn, hâfizhûn) pada ayat di atas masing-masing adalah bentuk jamak dari ism mufrad (kata benda tunggal): (al-mu’minun, hâfizhun,khâsyi’un, mu’ridhun, fâ’ilun) mendapat tambahan akhiran huruf wawu dan nun atau huruf ya’ dan nun diperuntukkan bagilaki-laki, sehingga jamak salîm ini biasanya disebut dengan jama’ mudzakkar al-salim.
               Sedangkan jamak salîm yang diperuntukkan bagi perempuan dibuat dengan cara menambahkan huruf alif dan ta’ (ا,ت) setelah kata benda. Jamak salîm seperti ini biasanya disebut dengan jamak muannats al-salîm.[4] Seperti firman Allah:
¨bÎ) šúüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÏM»yJÎ=ó¡ßJø9$#ur šúüÏZÏB÷sßJø9$#ur ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur tûüÏGÏZ»s)ø9$#ur ÏM»tFÏZ»s)ø9$#ur tûüÏ%Ï»¢Á9$#ur ÏM»s%Ï»¢Á9$#ur tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ÏNºuŽÉ9»¢Á9$#ur tûüÏèϱ»yø9$#ur ÏM»yèϱ»yø9$#ur tûüÏ%Ïd|ÁtFßJø9$#ur ÏM»s%Ïd|ÁtFßJø9$#ur tûüÏJÍ´¯»¢Á9$#ur ÏM»yJÍ´¯»¢Á9$#ur šúüÏàÏÿ»ptø:$#ur öNßgy_rãèù ÏM»sàÏÿ»ysø9$#ur šúï̍Å2º©%!$#ur ©!$# #ZŽÏVx. ÏNºtÅ2º©%!$#ur £tãr& ª!$# Mçlm; ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $VJÏàtã ÇÌÎÈ  
35. Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab ayat 35)
 
2.  Jamak Taksîr
            Adapun jamak taksîr memiliki dua macam bentuk perubahan yaitu pertama, perubahan bentuk dasar seperti kitâbun menjadi kutubun, atau baitun menjadi buyûtun, dan sebagainya. Dan yang penambahan bentuk lain, seperti amîrun rnenjadi umarâ’un atau wazîrun menjadi wuzarâ’un, dan sebagainya.[5]
            Bentuk-bentuk Perubahan Jamak Taksîr
a.       Mengikuti wazan فعل (fu’ulun)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


كتاب (kitâbun)
كتب(kutubun)
=
Kitab-kitab
رسول (rasûlun)
رسل (rusulun
=
Rasul-rasul
سبيل (sabîlun)
سبل (subulun)
=
Jalan-jalan




b.      Mengikuti wazan  فعول   (fu’ûlun)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


جند (jundun)
جنود(junûdun)
=
Tentara-tentara
قلب (qalbun)
قلوب (qulûbun)
=
Beberapa hati
ضيف (dhaifun)
ضيوف (dhuyûfun)
=
Tamu-tamu




c.       Mengikuti wazan  افعال (af’âlun)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


باب (bâbun)
ابواب(abwâbun)
=
Pintu-pintu
مال (mâlun)
اموال (amwâlun)
=
Harta-harta
ولد (swaladun)
اولاد (awlâdun)
=
Anak-anak






d.      Mengikuti wazan  فعلاء (fu’alâu)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


عليم (‘alîmun)
علماء (ulamâu)
=
Orang-orang berilmu
نبي (nabîy)
انبياء (ambiyâu)
=
Nabi-nabi
امر (âmirun)
امراء (umarâu)
=
Para pemimpin

e.       Mengikuti wazan مفاعل (mafâ’ilu)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


مسجد (masjidun)
مساجد (masâjidun)
=
Masjid-masjid
فاكهة (fâkihatun)
فواقه (fawâkihu)
=
Buah-buahan
مصباح (mishbâhun)
مصابح (smashâbihu)
=
Lampu-lampu




f.       Mengikuti wazan فعال (fi’âlun)[6]
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


جبل (jabalun)
 جبال (jibâlun)
=
Gunung-gunung
رجل (rajulun)
رجال (rijâlun)
=
Beberapa lelaki




g.      Mengikuti wazan افعل (af’ulun)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


رجل (rijlun)
ارجل (arjulun)
=
Kaki-kaki
نفس (nafsun)
انفس (anfusun)
=
Jiwa-jiwa
شهر (syahrun)
اشهر (asyhurun)
=
Beberapa bulan

h.      Mengikuti wazan افعلة (af’ilatun)
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


سلاح (silâhun)
اسلحة(aslihatun)
=
Senjata-senjata
جناح (janâhun)
اجنحة (ajnihatun)
=
Sayap-sayap

i.        Mengikuti wazan فعلة (fi’latun)[7]
Contoh:

Mufrad
Jamak Taksîr


فتى (fatâ)
فتية(fityatun)
=
Beberapa pemuda

C.     Penggunaan Mufrad dan Jamak dalam al-Qur’ân
1.        Kata yang selalu disebutkan dalam bentuk mufrad
a.         kata أرض
Kata ini hanya disebutkan dalam bentuk mufrad saja dalam al-Quran. Diulang sebanyak 461 kali.[8] Lebih jelasnya bisa dilihat dari beberapa ayat berikut:
yÏŠ$t7Ïè»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä ¨bÎ) ÓÅÌör& ×pyèźur }»­ƒÎ*sù Èbrßç7ôã$$sù ÇÎÏÈ        
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah Aku saja. (QS. Al-Ankabut: 56)
Ayat lain mengatakan:
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ yìö6y ;Nºuq»oÿxœ z`ÏBur ÇÚöF{$# £`ßgn=÷WÏB ãA¨t\tGtƒ âöDF{$# £`åks]÷t/ (#þqçHs>÷ètFÏ9 ¨br& ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ¨br&ur ©!$# ôs% xÞ%tnr& Èe@ä3Î/ >äóÓx« $RHø>Ïã ÇÊËÈ    
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. Al-Thalaq: 12)
Padahal, menurut penelitian  ilmu astronomi bumi sama dengan langit. Sama-sama berlapis tujuh. Apakah ini berarti ada kontradiksi antara al-Quran dengan ilmu pengetahuan? Tentu saja tidak. Malah, justeru bentuk mufrad itulah yang lebih cocok. Mengingat kondisi umat saat itu yang notebene belum mengalami kemajuan dalam bidang astronomi. Seandainya kata الأرض  dijamakkan, bisa jadi pada gilirannya akan menanamkan sifat keraguan dalam diri mereka terhadap al-Quran. Ini berarti risalah karsulan Muhammad Saw. menjadi gagal.[9]
b.        kata صراط
Seperti dalam QS. al-An’am: 153
¨br&ur #x»yd ÏÛºuŽÅÀ $VJŠÉ)tGó¡ãB
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan yang lurus ...“
c.         kata النور
Seperti dalam al-Qur’ân surah. al-Hadîd ayat 12
4Ótëó¡o NèdâqçR tû÷üt/ öNÍkÉ÷ƒr& /ÏSÏZ»yJ÷ƒr'Î/ur  
“Sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka”.            

2.        Kata yang selalu disebutkan dalam bentuk jamak
Seperti apa yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, bentuk jamak juga memiliki makna dan tujuan khusus. Dalam arti, ada pesan tertentu yang hendak disampaikan oleh al-Quran.
a.    Kata ألباب
Seperti dalam QS. az-Zumar: 21
¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ 3tø.Ï%s! Í<'rT{ É=»t7ø9F{$# ÇËÊÈ  
Sesungguhnya  pada  yang  demikian itu,  benar-benar  terdapat  pelajaran bagi orang-orang yang berakal “


b.   kata أكواب
Seperti dalam QS. al-Ghâsyiyah: 14
Ò>#uqø.r&ur ×ptãqàÊöq¨B ÇÊÍÈ  
“Dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya) “
 
3.             Kata yang digunakan dalam bentuk mufrad dan jamak
a.      Kata  سماء 
Didalam al-Qur’an terkadang disebutkan dalam bentuk jamak (shighat al-jam’) dan terkadang disebutkan dalam bentuk mufrad (shighat al-ifrâd) sesuai dengan konteks ayat (siyâq al-kalâm). Jika yang dimaksudkan adalah untuk menunjukkan makna bilangan (al-’adad) maka lafazh tersebut datang dengan menggunakan shighat jamak. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan betapa luasnya keagungan Allah dan betapa banyak jumlahnya,[10] seperti dalam QS. al-Hasyr/59 1: “Sabbaha lillâhi mâ fi al-samâwât wa mâ fi al-ardh”
(Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi). Maksudnya adalah seluruh penghuni langit yang banyak jumlahnya. Demikian juga dalam QS. al-Nür/24: 41: “Yusabbihu lahû man fi al-sam
âwât”. (bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit), yaitu langit yang mempunyai bilangan
yang berbeda-beda.
Sementara itu, jika lafazh al-samâ’ dimaksudkan untuk
menunjukkan arah (al-jihah), rnaka ia datang dalam bentuk
mufrad, seperti dalam QS. al-MuIk/67: 16: “Aamintun man
fi al-samâ’i an yashifa bikum al-ardh”.

b.      kata ريح 
            Lafazh al-rîh (angin) dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 24 kali yang tersebar di beberapa surah, 14 di antaranya disebutkan dalam bentuk tunggal (mufrad, singular),’ dan 10 sisanya dalam bentuk jamak (plural). Manakala lafazh tersebut digunakan dalam konteks rahmat, maka dijamakkan. Sedangkan, jika digunakan dalam konteks adzab, maka lafazh tersebut dimufradkan.[11] Contoh dalam bentuk mufrad di antaranya seperti tercermin dalam firman Allah:

ã@sVtB $tB tbqà)ÏÿZムÎû ÍnÉ»yd Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# È@sVyJŸ2 8xƒÍ $pkŽÏù ;ŽÅÀ ôMt/$|¹r& y^öym 7Qöqs% (#þqßJn=sß öNßg|¡àÿRr& çm÷Gx6n=÷dr'sù 4 $tBur ãNßgyJn=sß ª!$# ô`Å3»s9ur öNßg|¡àÿRr& tbqßJÎ=ôàtƒ ÇÊÊÐÈ
“Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidu pan dunia ini, adalah seperh perumpamaan angina (ri hin) yang men gandung hawa yang san gat din gin, yang menimpa tanaman kaum yang mengalliaya din sendiri, lain angin itu merusaknya. Allah tiîdak meiiganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya din mereka sendiri’ (QS.Ah lmran/3: 117)










BAB III
PENUTUP

Dari paparan yang relatif singkat ini, dapat kita simpulkan bahwa al-Quran memang selalu menjadi hal menarik untuk terus dikaji. Termasuk dari segi susunan bahasanya, tanpa terkecuali masalah kaidah mufrad dan jamak yang ada di dalamnya.
Kata الأرض, merupakan salah satu kata yang hanya disebutkan dalam bentuk mufradnya saja. Ini sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang menyatakan bahwa bumi berlapis tujuh. Ini kaitannya dengan keadaan umat pada masa al-Quran diturunkan. Seandainya dengan terang-terangan Allah menegaskan bahwa ia tujuh, barangkali mereka akan ragu-ragu terhadap al-Quran.
Begitu pula dengan kata الألباب. Kata ini hanya disebutkan dalam bentuk jamak saja. Menurut al-Suyuthi, ini disebabkan karena bila disebutkan dengan bentuk mufradnya, akan memberatkan.
Selain dua kata ini, ada kata السماء, السماوات, الريح, dan الرياح dsb. Perbedaan bentuk, mufrad dan jamak memiliki perbedaan makna dan pemahaman. Dan, selain beberapa kata di atas, masih banyak kata-kata lain yang tidak penulis sebutkan. Ini hanya untuk mempermudah saja, dan agar kajian kita tidak terlalu meluas. Sekali lagi, intinya adalah, kata-kata dengan beragam bentuknya dalam al-Quran memiliki makna khusus. Bukan persoalan kebetulan.








DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, t.t. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim, Angkasa
Al-Suyuthi, Jalal al-Din, 1996. al-Itqan Fi al-Ulum al-Qur’an, Beirut: Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyah
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Baidan, Prof. Dr. Nashruddin, 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fuwal, Azizah, 1992. al-Mu’jam al’-Mufashshal, Beirut: Dar al-Kutub, volume I
Ichwan, Nor, 2002. Memahami bahasa Al-Qur’an, Semarang: Pustaka pelajar
Rahman. H. Salimudin, MA, dkk., 1990.  Tatabahasa Arab Untuk Memahami al-Qur’an, Bandung: Sinar baru
Wehr, Hans, 1971. A Dictionary of Modern Written Arabic, Wiesbaden: Otto Harrassowitz




[1] Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1971), h. 704
[2] Azizah Fuwal, al-Mu’jam al’-Mufashshal (Beirut: Dar al-Kutub, 1992), volume I, h. 416
[3] Nor Ichwan, Memahami bahasa Al-Qur’an (Semarang: Pustaka pelajar, 2002), h. 49
[4]  Ibid, h.50
[5]  Ibid, h.51
[6]  H. Salimudin A.Rahman, MA, dkk., Tatabahasa Arab Untuk Memahami al-Qur’an (Bandung: Sinar baru, 1990), h. 16-17
[7] Nor Ichwan, Memahami bahasa Al-Qur’an... h. 51-52
[8] Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim (Angkasa, t.t.), 26-33
[9] Prof. Dr. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. I, 2011), 311
[10] Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan Fi al-Ulum al-Qur’an (Beirut: Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyah, 1996), h. 563
[11] Ibid, h. 563

Tidak ada komentar: